IKM TUAH SAKATO - SUMATERA BARAT

Indonesia terkenal akan keanekaragaman tradisi dan budaya. Setiap daerah dari Sabang hingga Merauke menyimpan harta karun peradabannya masing – masing. Salah satu yang sangat berciri khas ialah Provinsi Sumatra Barat. Berada di sebelah barat Pulau Sumatra, berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, Sumatra Barat terdiri dari bermacam – macam suku bangsa. Namun didominasi oleh suku Minang. Maka tak heran Sumatra Barat acap disebut Ranah Minang, yang dalam bahasa Indonesia berarti tanah Minang.

Dalam Festival Budaya Nusantara (Fesbudnus) tahun 2012 ini, kami, IKM Tuah Sakato sebagai perwakilan masyarakat Minang secara keseluruhan, akan memperkenalkan kepada para pengunjung seperti apa kebudayaan Minang itu. Dengan mengusung tema “Intelektualitas dan Patriotisme Minangkabau”, kami ingin pengunjung tak hanya melihat kebudayaan suatu daerah secara mentahnya saja, namun juga bagaimana kebudayaan tersebut mampu membentuk kepribadian masyarakatnya. Seperti kita ketahui, Ranah Minang telah melahirkan intelektual – intelektual yang tak hanya cerdas tapi juga berjiwa pahlawan, seperti Tuanku Imam Bonjol, KH Agus Salim, Mohammad Hatta dan lain - lain. Hal tersebut menginspirasi kami dalam merancang pameran kali ini.

Namun, ini tak berarti kami hanya berpusat pada ketiga tokoh itu. Dalam budaya Minangkabau, terkenal istilah Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo Sajarangan adalah sebutan bagi 3 pemimpin utama dalam masyarakat Minangkabau, yakni panghulu, pemimpin masyarakat yang paham akan adat istiadat; ulama, orang yang dianggap paling mengerti agama dalam masyarakat; dan cadiak pandai, orang yang sering dimintai pertimbangan dalam memutuskan suatu masalah karena pengetahuannya. Lantas, apa hubungan tokoh – tokoh tersebut dengan Tungku Tigo Sajarangan? Dalam sejarah, kami melihat bahwa tokoh – tokoh yang berjiwa patriot tersebut, ternyata pernah menjadi Tungku Tigo Sajarangan dalam masyarakatnya. Maka kami akan memperkenalkan konsep kepemimpinan Tungku TIgo Sajarangan sebagai representasi tokoh – tokoh cerdas berjiwa pahlawan yang berasal dari Ranah Minang.

Konsep yang kami tawarkan ialah dengan menampilkan secara nyata ketiga pemimpin masyarakat ini dengan mendadani tiga anggota IKM Tuah Sakato menyerupai penghulu, ulama dan cadiak pandai. Hal ini kami pilih karena lebih efektif daripada sekedar menampilkan foto – foto dan cerita – cerita mengenai Tungku Tigo Sajarangan dan membiarkan pengunjung bermain dengan imajinasinya sendiri mengenai seperti apa Tungku Tigo Sajarangan itu.

Selain menjadi maskot, ketiga pemeran Tungku Tigo Sajarangan ini juga mengemban misi khusus, yakni mengubah paradigma yang ada dalam masyarakat Indonesia bahwa orang Minang itu pelit. Maka, kami memilih cara yang, menurut kami, cukup intelek daripada sekedar bermain kata, yakni membagikan makanan khas Minang secara gratis kepada setiap organda yang mengikuti pameran Fesbudnus. Saat pembagian nanti, Tungku Tigo Sajarangan akan ditemani oleh 2 orang yang berpakaian adat dan juga Putra Putri Nusantara.

Mengenai stand yang akan kami buat, tentu tak akan jauh – jauh dari budaya Minang. Kami akan memamerkan foto – foto penampakan alam Ranah Minang yang begitu memukau, souvenir – souvenir cantik khas Minang seperti gantungan kunci Rumah Gadang dan Jam Gadang, dan tentu saja makanan – makanan asli Ranah Minang mulai dari Sate Padang, Kripik Balado, Galamai, Bareh Randang hingga ikan asli Danau Maninjau, Ikan Bilih. Dan yang sangat ditunggu – tunggu oleh pengunjung setiap tahunnya di stand kami, miniatur Jam Gadang. Kami juga akan memperkenalkan sebuah permain tradisional Minangkabau, Sepak Rago. Permainan ini menggunakan bola yang terbuat dari daun pohon kelapa atau kulit rotan yang dianyam dengan tangan. Para pemainnya berdiri membentuk lingkaran, lalu memindahkan bola tersebut dengan menggunakan kaki tanpa menjatuhkannya ke tanah. Kami akan mengajak pengunjung bermain sepak rago, serta menyediakan hadiah bagi pengunjung yang bisa bertahan tanpa menjatuhkan bola selama beberapa menit.